January 18, 2017

Revolusi Mental dan Karakter Bangsa

Sobat, sebelumnya apakah kalian tahu apa itu revolusi? Revolusi adalah suatu perubahan, dimana pembahasan kita kali ini menyangkut revolusi mental dan karakter bangsa, Revolusi Mental diarahkan untuk merombak kebudayaan pada tiap-tiap lapisannya, yaitu lapis makna (cara masyarakat menafsirkan diri, nilai dan tujuan tujuan serta mengevaluasinya), lapis kebiasaan (sikap dan laku sehari-hari), dan materialitas karya cipta manusia (termasuk ilmu dan teknologi) yang melandasinya. Revolusi Mental merupakan transformasi etos, yaitu perubahan mendasar dalam mentalitas, semangat dan moralitas yang menjelma ke dalam perilaku dan tindakan sehari-hari.
Revolusi Mental dan Karakter Bangsa
Gambar.1.0
Dengan kata lain, Revolusi Mental adalah transformasi menyangkut keutuhan tiga aspek manusia, yaitu aku yang percaya, aku yang berpikir, dan aku yang bertindak. Oleh sebab itu, Revolusi Mental tidak dapat diciutkan ke kesadaran moral ataupun karakter individu. Karakter individu atau kesadaran moral adalah salah satu tujuan saja dari Revolusi Mental. Karakter yang baik adalah buah dari budi yang terdidik melalui penanaman kebiasaan-kebiasaan, dan kebiasaan melibatkan latihanlatihan fisik individual tentang perilaku serta tindakan yang baik.

Revolusi Mental dan Indonesia Baru
Revolusi Mental perlu menjadi strategi kolosal berskala nasional. Salah satu lokus bagi perubahan tersebut adalah pendidikan, formal maupun informal. Apabila kita sepakat bahwa salah satu kunci pendidikan untuk menghadirkan manusia berbudaya adalah orientasi kepada nilai (value-oriented), maka pendidikan tidak semata-mata mengajarkan pengetahuan tentang baik dan buruk, tetapi melatih hasrat peserta didik sampai terbentuk disposisi batin untuk selalu menghendaki yang baik. Di sinilah kita perlu menambah sebuah catatan akhir. Revolusi Mental yang membidik transformasi karakter hendaknya tidak diartikan sebagai pengurangan porsi pendidikan kognitif demi menambah porsi pendidikan karakter.
model pendidikan yang dianggap terlalu berat ke aspek kognitif dimengerti sebagai kritik terhadap model pendidikan yang hanya mengembangkan daya-daya kognitif paling rendah (menumpuk informasi dan mengingat), sebagaimana berlangsung selama ini. Sebaliknya, kita justru memerlukan model pendidikan yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif secara lebih utuh (kemampuan analitik, logika, daya-daya reflektif, kritis, imajinatif, kreatif), namun terintegrasi ke kemampuan afektif dan komitmen untuk bertindak (aspek ragawi). Di dalam pengintegrasian ketiga aspek manusia itulah daya-daya reflektif manusia akan berkembang. Tanpa kemampuan reflektif, yang memberi kita pemahaman matang namun realistik tentang kinerja dunia kontemporer, mustahil kita memulai Revolusi Mental.

Tibalah kita dipenghujung artikel semoga dari pembahasan diatas menambah pengetahuan kita bersama, terima kasih.
Salam Sehat dan Sukses Selalu.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Blog Archive